Imigrasi Segera Rombak Seluruh Rudenim

MAKASSAR – Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Menhumkam) segera merombak seluruh bangunan rumah detensi migrasi (rudenim) di Indonesia karena dinilai sudah tidak layak pakai.

“Rudenim yang kami miliki untuk menampung para imigran gelap,kondisinya tidak layak pakai. Karena itu, harus dicarikan solusi bersama untuk segera melakukan perombakan dan renovasi,”ungkap Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian Menhumkam R Muchdor di Makassar,kemarin. Menurutnya, ketidaklayakan tersebut dapat dilihat dari seluruh rudenim yang terdapat di Indonesia, semuanya sudah melebihi kapasitasnya. Beberapa di antaranya bahkan minim fasilitas sehingga negara luar mencap Indonesia tidak manusiawi dalam memperlakukan imigran gelap.

Dia mencontohkan, Rudenim Sulsel yang berada di Kabupaten Gowa hanya bisa menampung hingga 40 imigran.Namun,sekarang ini jumlah penghuninya mencapai 90 orang atau dua kali lipat sehingga sering terjadi konflik atau kaburnya imigran. Selain Makassar, Rudenim Kupang yang hanya bisa menampung 60 imigran,sekarang ini dihuni 115 orang. Rudenim Tanjung Pinang bahkan kelebihan kapasitas dan diisi 215 imigran gelap. “Bahkan, ada rudenim yang memiliki WC hanya dua buah, sementara imigrannya mencapai ratusan orang.Karena itu,imigran sering rewel dan memberontak,” katanya saat menjadi pembicara pada Lokakarya Strategi Penanggulangan Imigrasi Ilegal di Hotel Clarion. Indonesia tidak mau dicap sebagai negara yang tidak manusiawi dan humanis dalam memperlakukan para imigran gelap yang tertangkap.

Karena itu, renovasi dan perombakan rudenim dianggap solusi terbaik dalam memecahkan persoalan itu. Sekarang ini Direktorat Jenderal Imigrasi telah menangani sekitar 1.181 imigran gelap yang masuk ke Indonesia secara ilegal sebelum menuju negara tujuan mencari suaka politik, seperti Australia dan Selandia Baru.Mereka sebagian besar berasal dari Afghanistan dan Irak. Dia menambahkan,modus yang dilakukan imigran gelap selalu berubah- ubah untuk masuk ke Indonesia. Di antaranya menyalahgunakan dokumen perjalanan wisata ataupun tidak dilengkapi visa serta paspor.“Maka, penanganan imigran gelap ini bukan hanya tugas imigrasi dan Polri,melainkan tugas bersama dengan masyarakat.

Minimal cepat melapor jika melihat orang-orang yang mencurigakan kepada kami,”tuturnya di hadapan ratusan perwakilan pe-nyidik kepolisian se-Indonesia,kemarin. Karo Perencanaan dan Administrasi Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Sadar Sebayang yang mewakili Kabareskrim mengatakan, Sulsel,khususnya Kota Makassar, saat ini hanya dijadikan sebagai lokasi transit bagi para pencari suaka politik. Menurutnya,lokasi-lokasi yang rawan sebagai pintu masuk imigran tersebut, di antaranya Riau, Lampung, Banten, yang paling dekat dengan negara-negara tetangga.

Salah satu faktor yang memengaruhi Indonesia banyak disinggahi imigran ilegal ini, lantaran negara kita dikelilingi pulau dan perairan. “Sulsel sampai saat ini hanya dijadikan sebagai tempat berangkat menuju Australia. Karena itu, Satgas Penyelundupan Manusia harus bekerja keras mengungkapnya,” ujarnya. (SI-wahyudi)
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama