SAMA SAMA SUSAH KELUAR...
Perasaan mau keluar, suaranya udah kenceng... anginnya udah terasa...
GAGAL maning.
Perasaan mau keluar, suaranya udah kenceng... anginnya udah terasa...
GAGAL maning.
tau ngak... Ditjen Imigrasi menghasilkan pemasukan cukup besar. September tahun 2009 aja , PNBP yang disetorkan 108 kantor imigrasi mencapai Rp8 miliar. hah... hah... hah... belum yang dari visa on arrival. ya, jadi wajar aja kalau ditjen imigrasi mengharapkan remunerasi segera keluar. sekarang kantor imigrasi sudah nambah jumlahnya, VOA hanya ada harga US $ 25 tidak ada lagi yang US $ 7, pendapatan negara... hmm
mungkin imigrasi harus pindah departemen kali ya... jadi di bawah departemen keuangan, baru bisa keluar itu yang namanya remunerasi.... pegawai imigrasi sering kali diberikan angin surga tentang remunerasi, tapi anginya aja, ya kan... yang setuju angkat tangan, yang ga setuju angkat kaki...
memangnya kalau sudah dikasih remunerasi, imigrasi bisa merubah citranya??? pertanyaan yang sering di bahas. coba kita lihat lagi buku-buku tentang manajemen sumber daya manusia... ada yang namanya reward and punishment. tul... ga...?! kalau pekerja sudah mencoba bekerja dengan baik, tapi reward nya tidak ada penampakan... apa yang terjadi? memang bukan perkara mudah memperbaiki gunung es yang terjadi di imigrasi, tapi coba perhatikan, gunung es itu bukan terbentuk 1 hari..., begitu pula untuk mencairkannya kembali bos....
tapi... every effort counted, right. setiap usaha seharusnya di hitung. bukan ketika pekerja melakukan kesalahan di ingat sampai mati, kesuksesan yang terjadi dianggap biasa... "ah, memang tugasnya kok". ketika tahun 2008, remunerasi dibilang akan keluar tahun depan, sampai ke tahun depan, depannya lagi, sampai ke 2010 ... e la dala... Menkeu nya gante... Gembel.
kasus Gayus, sebagian kecil aja pak, dari sekian banyak pegawai yang mendukung perubahan apabila mendapatkan remunerasi. memang dilihat dari jumlah uang yang di kemplang cukup fantastis, tapi jumlah pemainnya kaya nya sangat sedikit. toh di hukum juga gayus dan kawan2 nya kan. punishment tul ga...
perasaan bicara mengenai remunerasi seperti mikir "duluan telor atau ayam" jadi diperbaiki dulu imigrasi nya baru di kasih remunerasi atau di kasih remunerasi dulu baru bisa diperbaiki imigrasi nya, hard question, isn't it?
coba simak kalimat yang diucapkan KPK, kata Jasin, tidak langsung menangkap pelaku korupsi kelas teri itu karena menyadari pencegahan korupsi harus melalui perbaikan sistem dan renumerasi. kalimat itu di ucapkan ketika KPK membuka video pungli imigrasi di departemen hukum dan HAM.
ada dua poin yang menjadi perhatian,
1.sistem ; imigrasi telah berusaha menyempurnakan sistem administrasi pencatatan di setiap kantor di seluruh Indonesia. bukannya perkara mudah, Indonesia luas bos. sistem di integrasikan dan tercatat secara on-line, yang tentunya akan mempersempit ruang gerak angka keramat. ingat kejahatan terjadi bukan hanya karena niat tapi tersedianya kesempatan untuk melakukannya. perbaikan sistem imigrasi yang paling baru adalah border control management. ... sebuah usaha kan... walaupun ada pandangan sinis terhadap kemajuan ini, tapi anjing menggongong kafilah berlalu. setidaknya langkah itu telah di buat. dan langkah itu tidak bisa di bandingkan dengan persepsi masyarakat terhadap imigrasi. masyarakat sudah terbiasa dengan kata-kata "gampang", tiba-tiba berhadapan dengan imigrasi yang sudah mulai pandai bicara "tidak bisa".
2.remunerasi ; kapan, bila, dimana... segera kah... esok kah, entahlah... kaya nya betul juga, remunerasi seperti sembelit, suaranya aja yang keras... keluarnya entah kapan kapan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus